Menjajal Se’i Dengan Berbagai Macam Sambal di Se’i & Co
Menjajal Se’i Dengan Berbagai Macam Sambal di Se’i & Co

sambal

Ada yang tau Se’i? Kuliner asal NTT yang sedang hits banget nih. Rasanya nggak perlu ditanya lagi deh gimana endeusnya.

Kalo denger kata se’i mungkin emang kalah populer sama smoked beef. Padahal yang satu ini adalah kuliner asli dari Nusantara. Tepatnya berasal dari Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). Adalah daging yang dimasak dengan cara diasap alias smoked.

Oia, se’i ini bisa menggunakan beberapa daging. Di asalnya banyak yang menggunakan daging babi, sedangkan jika ingin membuat kuliner halal banyak yang menggantinya dengan daging sapi. Karena masaknya diasap, maka nggak salah juga kalo disebut dengan smoked beef. Bedanya dengan daging asap biasa adalah se’i ini dipotongnya tipis memanjang sekitar 2 - 3cm.

Se’i saat ini sedang hits banget. Liat aja kalo lagi seluncur di Instagram pasti banyak yang memosting foto kuliner ini. Banyak dipasangkan dengan sambal sebagai makanan pendampingnya. Penasaran dengan kenikmatannya, akhirnya saya mengunjungi salah satu gerai se’i di Jakarta yang juga menawarkan berbagai pilihan sambal sesuai favorit dari pembelinya.

Yang saya kunjungi adalah Se’i & Co yang sudah memiliki dua cabang di Jakarta. Satu di daerah Tanjung Duren dan satunya di Permata Hijau. Ternyata kedai yang satu ini baru buka di awal tahun ini.

“Se’i & Co awalnya kami develop itu dari akhir Desember (tahun 2018) dan baru buka pertama kali itu di bulan Januari tahun ini,” ujar Victorrio Filbert, Owner Se’i & Co.

Menariknya proses developing menu dan lainnya terhitung sangat cepat hingga akhirnya open for public . Hal tersebut nggak terlepas dari pengalaman Victor (sapaannya) yang udah 10 tahun berada di belakang dapur sebagai seorang chef yang biasa menyajikan makanan khas Eropa dan Amerika .

Background saya lebih ke (makanan) western , jadi udah familiar dengan smoked beef dan olahan lainnya. Ketika kembali ke Indonesia saya berkfikir makanan apa yang bisa dikonsumsi oleh semua orang? Karena menurut saya kuliner khas western itu nggak bisa dinikmati oleh semua orang.”

Dari situ tercetus untuk membawa se’i ke Jakarta sekaligus mengenalkan kuliner khas NTT ini ke lebih banyak orang. Tapi Victor yang udah lama menjadi chef di luar negeri ini menggunakan daging sapi ketimbang daging babi. Agar bisa dinikmati oleh semua orang.

Nggak tanggung-tanggung, daging sapi yang digunakan oleh Se’i & Co ini adalah daging sapi yang diimpor langsung dari Amerika Serikat. Hal ini dikatakan agar kualitasnya tetap terjaga. Selain itu juga karena ia menggunakan proses marinasi.

“Karena kami ada proses marinasi yang nggak bisa menggunakan daging yang masih segar. Jadi dagingnya harus yang beku untuk proses tersebut yang memakan waktu semalaman.”

Yang menarik lagi adalah di sini mereka menggunakan bumbu rempah barbecue. Hal ini merupakan hasil dari modifikasi atas apa yang telah Victor jalani selama menyajikan makanan-makanan western. Hasilnya rasa daging di Se’i & Co berbeda dari penjual lainnya. Yaitu rasanya jadi lebih gurih dan manis karena bumbu tersebut berbeda dari resto lainnya yang hanya memiliki rasa asin dan gurih.

Setelah daging dimarinasi selama satu hari, ada proses pengeringan selama satu sampai dua jam sebelum diasap. Setelahnya daging baru diasap. Di sini proses pengasapan dengan menggunakan teknik low and slow cook.

Menggunakan api yang sangat kecil dengan temperatur yang kecil juga dan proses masaknya hanya menggunakan panas dari asap aja. Pengasapannya memakan waktu sekitar enam sampai tujuh jam tergantung dari besarnya daging.

Proses pemilihan kayu juga nggak sembarangan. Se’i & Co menggunakan kayu jenis rambutan, nangka, dan ceri. Hal ini juga memengaruhi rasa dari daging itu sendiri. Setelah semua proses tersebut jadilah daging yang rasa aroma asapnya menjadi masih sangat terasa.

Bagi Victor yang udah akrab dengan menu western, tantangannya ternyata bukan pada dagingnya, melainkan pada sambalnya. Karena ia ingin memberikan sambal-sambal yang khas dari berbagai daerah di Indonesia. Akhirnya terpilih lima sambal Nusantara yang bisa kita nikmati bersama se’i miliknya.

Ada sambal lu’at yang merupakan sambal khas dari NTT, sambal matah dari Bali, sambal hijau dari Padang, sambal rica dari Manado, dan sambal bawang. Dari semuanya sambal paling baru adalah sambal bawang.

Menikmati menu se’i di sini juga disajikan dengan daun pepaya yang ditumis seperti dari daerah asalnya. Nah menariknya di sini tumisan daun pepayanya menggunakan bumbu kuning. Alasannya agar aroma daun pepaya nggak terlalu netral dan ditambah rasa asin dan gurih.

Sekarang saatnya mencoba menu yang paling favorit di sini. Adalah se’i dengan sambal lu’at dan sambal matah.

Pertama saya mencoba dagingnya aja tanpa sambal. Yang pertama terlintas di kepala ketika dagingnya masuk ke mulut adalah “enak dan empuk banget,” aroma asapnya sangat terasa tapi nggak terlalu lebay sehingga masih nyaman dimakan. Oia, ketika datang juga disajikan dengan kuah yang terasa gurih dan pedas dari lada. Rasa kuahnya sendiri sangat menyegarkan.

Rasa sambal lu’atnya sangat unik bagi saya yang baru pertama kali mencoba sambal tersebut. Rasa pedas langsung terasa dari gigitan pertama. Nggak heran jika se’i ini emang pas banget disajikan dengan sambal lu’at.

Beralih ke sambal matah, rasanya sangat menyegarkan. Campuran bawang dan sambalnya sukses membuat mulut saya bergelora rasanya. Apalagi ditambah dengan daun pepaya yang mampu membawa cita rasa tersendiri berkat bumbu kuningnya.

Nasinya juga ditaburi dengan bumbu barbecue biar ada rasanya nggak polos nasi putih saja. Intinya bagi yang suka pedas akan sangat terpuaskan ketika menyantap ini. Pedasnya cukup, nggak terlalu pedas juga nggak terlalu “mengigit” ketika dimakan.

Se’i & Co juga baru meluncurkan produk baru, yaitu lidah sapi yang juga diasap. Ke depannya saya dapat bocoran kalau mereka akan menyediakan menu ayam juga.

Lion Haloho