Mengenal Gaya Hidup Vegan Bersama Yoesi Ariyani
Mengenal Gaya Hidup Vegan Bersama Yoesi Ariyani

Apa itu vegan? Apa saja tantangan menjadi seorang vegan? Cari tau lengkapnya bersama Yoesi Ariyani pegiat vegan.

Beberapa waktu lalu Endeus berkesempatan mewawancara Yoesi Ariyani; pelaku gaya hidup vegan yang juga suka membagikan resep-resep endeus di akun media sosialnya. Ia, bercerita mengenai apa itu vegan, awal mulanya ia menjalani hidup sebagai seorang vegan, hingga tantangan menjadi seorang vegan.

Siapa sangka, ternyata keinginan menjadi seorang vegan bermula ketika ia bersama temannya yang sudah menjalani vegan melancong bersama. Kemudian mengikuti gaya hidup seorang vegan, sampai akhirnya tertarik menjalaninya.

Bermula sejak enam tahun yang lalu ketika ia memiliki kesempatan pergi bersama temannya yang sudah lebih dulu menjalani vegan. Selama jalan bersamanya, pemilik akun Instagram @yoear ini mengaku ikut gaya hidup vegan dengan temannya.

“Awal tertarik menjadi seorang vegan adalah karena jalan-jalan bareng berdua bersama temanku yang vegan. Mengikuti gaya hidupnya selama lima hari, ternyata seru juga ya,” katanya mengawali perbincangan kami.

Selesai liburan, Ibu dua anak ini merasa tubuhnya lebih enak dan juga menjadi lebih kurus dari sebelumnya. Dari situ ia mulai merasa kalau gaya hidup vegan ini cocok dengannya. Semenjak saat itu ia akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang vegan tanpa menjadi seorang vegetarian terebih dahulu sampai hari ini.

Untuk yang masih awam dengan vegan, adalah next level dari vegetarian, jadi pegiat vegan tidak mengonsumsi hewani dan tidak makan dairy juga turunannya. “Yang lebih ekstrem lagi tidak menggunakan barang-barang yang berbahan kulit, lalu ada juga yang sampai tidak memakai produk berbahan kimia di tubuhnya,” jelas Ibu dua anak ini.

Yang dimaksud dengan tidak menggunakan produk berbagan kimia di tubuhnya adalah tidak menggunakan sampo, sabun, pasta gigi, dan lainnya yang mengandung bahan kimia.

Alasan seseorang untuk menjadi vegan itu bukan hanya karena untuk sehat. Tetapi karena ada alasan lainnya. “Seperti misalnya agama (melarang mengonsumsi daging), ada yang memang karena tidak ingin membunuh binatang, ada pula yang ingin menjaga kelestarian dunia, serta alasan terakhir adalah karena ingin sehat,” ujarnya.

Ternyata menjadi seorang vegan itu tidak selalu mulus loh. Ada saja tantangannya yang harus dihadapi Yoesi dalam menjalani gaya hidup vegan. Ia dikatakan oleh teman-temannya menjadi sebagai seorang anti-sosial. “Karena saya tidak pernah mau makan di restoran. Kadang saya malah membawa bekal sendiri,” ucapnya sambil tertawa.

Untuk itu ia kadang malah meminta waktu bertemunya itu bukan di jam makan siang. Melainkan di sore hari sambil menikmati teh. Karenanya, ia tidak perlu membawa bekal sendiri ke restoran. Jadi sama-sama enak antara saya, teman saya, dan juga pihak restorannya.

Kadang, ada juga yang merasa tidak nyaman makan di sampingnya. Karena mereka makan daging, sedangkan ia tidak memakan itu. “ Sorry ya gue makan daging,” kata Yoesi menirukan orang yang kadang merasa tidak nyaman makan di sebelahnya.

Menjadi seorang vegan secara tidak sadar juga bisa membuat psikologisnya menjadi lebih sensitif. Seperti ketika ia masuk ke sebuah toko kue, bau mentega yang tercium membuatnya pusing dan tidak betah berlama-lama di dalamnya. Ia mengaku bahwa sebelumnya tidak seperti ini dan biasa saja ketika masuk ke toko kue.

Yoesi membuat green smoothie yang cantik untuk pembaca Endeus. Meski sehat bukan berarti rasanya tidak endeus.Penasaran? Nantikan di artikel berikutnya ya.

Lion Haloho