Buka Puasa dengan Perpaduan Dua Budaya dalam Sepiring Selat Solo
Buka Puasa dengan Perpaduan Dua Budaya dalam Sepiring Selat Solo

Selat solo menjadi salah satu kuliner khas kota Solo yang cocok untuk buka puasa. Siapa sangka resep selat solo sendiri merupakan perpaduan dua budaya

Saat Ramadan, buka puasa menjadi momen yang paling ditunggu. Saat berbuka inilah tubuh kembali mendapat asupan nutrisi setelah seharian menahan lapar dan dahaga. Ada banyak sekali menu berbuka yang bisa dipilih sesuai selera. Tapi kali ini kami ingin memberikan satu menu yang bisa kalian coba.

Namanya adalah selat solo, selain enak, kuliner ini memiliki gizi empat sehat lima sempurna. Selain itu, ternyata selat solo memiliki sejarah tersendiri.

Asal mula selat solo

Jika membahas makanan, maka yang pertama kali muncul adalah mengenai namanya. Mengapa selat solo? Jika melihat jauh ke belakang, resep selat solo sebenarnya udah ada sejak zaman kolonial. Orang Eropa datang ke Indonesia membawa bahan makanan dengan teknik memasak ala Eropa. Sayangnya, nggak semua lidah kaum ningrat Kasunanan Surakarta mampu menerima semua menu khas Eropa.

Makanan Jawa sendiri lebih didominasi rasa manis. Oleh karena itu, menu yang dibawa oleh orang Eropa dimodifikasi resep dengan mengganti penggunaan kecap Inggris dan mayonais dengan kecap. Memang jika dibandingkan hidangan Eropa, yang satu ini cukup unik karena menggunakan kecap.

Proses pembuatan selat solo

Selat solo sendiri adalah perpaduan antara salad dengan bistik. Steik ala Eropa dibuat dengan potongan daging berukuran besar dengan tingkat kematangan setengah matang, sedangkan raja Kasunanan Surakarta belum terbiasa mengonsumsi daging dengan olahan seperti itu. Akhirnya dicampur dengan sosis, tepung roti, sosis, dan berbagai bahan lainnya.

Selain sausnya, side dish juga masih dipertahankan. Seperti wortel, buncis, tomat, hingga daun selada. Jika masih lapar, jangan ragu untuk memberikan kentang goreng sebagai pelengkap.

Tampilan selat solo

selat solo sendiri memiliki tampilan menyerupai sajian steik khas Eropa, dengan adanya bahan pendamping. Karena banyak sayurannya mirip salad . “ Stachtje ,” begitu orang Belanda menyebut salad . Namun, lidah masyarakat Indonesia yang kesulitan membuat mereka menyebutnya dengan sebutan selat. Walaupun mendapat pengaruh budaya luar, tetap saja selat solo diracik dengan rasa lidah Indonesia. Tak heran jika masakan ini adalah bistiknya orang Jawa.

Resep steik yang asli, seperti Sirloin Steak biasanya menggunakan saus mustard yang diletakkan pada selada. Tak ketinggalan ada juga yang menggunakan pelengkap acar dan telur rebus nan penuh protein. Selat solo memang menu 4 sehat 5 sempurna.

Adaptasi dari resep ala Eropa membuat selat solo memiliki citarasa lada hitam yang cukup kuat. Taburan lada hitam juga diberikan untuk membuat tampilannya semirip mungkin dengan steik. Selain tampilan yang menarik lada hitam memberikan sensasi pedas di lidah. Aroma pala yang tajam pada saus juga menggoda siapa saja untuk menyantapnya.

Perpaduan antara salad dan steik membuat selat solo banyak disuka, karena memang resepnya sudah dimodifikasi dan cara pembuatannya pun cukup gampang.

Pas untuk dinikmati sebagai menu buka puasa di bulan Ramadan tahun ini.

Endeustorial

Ikuti Instagram